Dah lama kagak ngubek-ubek nih blog gaje. Apalagi sejak template nih blog diutak-atik, makin banyak dah errornya :'(. Dan juga sebenernya gua belum mau ngepost apa-apa sampe nih blog template-nya diganti lagi. Tapi berhubung lagi mau ngetes widget di blog ini, jadinya ngepost lagi deh, walaupun cuma ngeshare cerita orang (padahal pengennya bisa ngelanjutin cerbung-cerbung yang udah lama nggak dilanjutin). Oke ini ada satu cerita dari temen gua, Arjun Setyo yang udah dishare di grup OG-CPI. Tentang dua cewek yang nemuin dompet aneh di dalem bus. Mau tau tuh dompet isinya apa? Langsung baca aja ya, dan selamat menikmati ;)
Saudariku Maria satu tahun lebih tua dariku. Saat itu kami tinggal di
asrama sekolah yang sama. Tiap akhir pekan, kami diijinkan untuk pulang
dan mengunjungi ibu.
Suatu minggu di petang hari, saudariku dan
aku pergi berbelanja di kota. Ketika kami ingin pulang, kami
menghentikan sebuah bus. Maria lalu menemukan sebuah domper kulit di
lantai tepat di bawah tempat duduk kami. Dompet itu sangat tua dan
kelihatannya sudah rusak. Ada 20 dollar di dalamnya.
Aku
mengatakan kepadanya bahwa kita harus membagi uang itu, tapi saudariku
menolak. Dia memang tipe orang yang selalu jujur. Dia berkata bahwa kita
harus mengembalikan domper itu ke pemiliknya.
Ketika kami tiba
di rumah, rumah kami kosong. Ada sebuah catatan di meja dapur dari ibu
yang memberitahu kami agar menjaga diri sementara dia keluar. Dia pergi
berlibur selama dua minggu dengan pacar barunya.
Maria lalu
membuka dompet kulit itu dan mulai memeriksa apa yang ada di dalamnya.
Ada sebuah kartu ATM tanpa nama di situ, sebuah tiket bus, sebuah foto
hitam putih dari seorang pria, dan sekumpulan kertas-kertas catatan. Dia
mengeluarkan kertas itu dan melihatnya.
“Apa yang tertulis di situ?” tanyaku.
“Aku tidak tahu,” jawab Maria. “Aku rasa ini bahasa Latin.”
Aku mengambil catatan itu dan mulai membacanya “MORITVM TE SALVTAMVS,
EST DEXTRVMI CVRITE… AVE VERSUS CRISTUS, VERUM DE TREVI, VERMI EST
REFLEXUM, ARUM DRI TRIPUM… DEXTRUMI LENTENUM, AVE SATANI.”
“Bukan, konyol.” saudariku itu tertawa. “Kau salah menyebutkannya semua.
Apakah kau tidak mengetahuinya? Ketika orang Roma menulis dalam bahasa
Latin, mereka menggunakan V sebagai pengganti U. Semua V itu disebutkan
menjadi U.”
“OK, jika kau begitu pintar, bacalah.” timpalku.
Maria merenggut potongan kertas itu dari tanganku dan membacanya keras-keras.
“Apa artinya itu?” tanyaku.
“Aku tak tahu,” jawabnya. “Kita belajar bahasa Latin di sekolah, tapi tidak mengenal satu pun dari kata-kata itu.”
Dia menaruh kertas-kertas itu kembali ke dalam dompet kulitnya dan
meninggalkannya di meja ranjangnya – memberitahuku bahwa dia akan
membawanya ke kantor polisi di minggu berikutnya.
Sepanjang malam
itu, ketika aku sudah hampir terlelap, aku mendengar Maria tiba-tiba
melompat keluar dari ranjangnya dan berlari ke kamar mandi. Dia muntah
di dalam toilet.
Terkejut, aku lalu turun dari ranjang dan pergi
melihat apakah dia baik-baik saja. Aku menemukan dirinya sudah tertunduk
di wadah toilet, menahan tubuhnya dengan satu tangan. Dia menangis.
“Apa yang terjadi?” Aku bertanya. “Maria, ada apa denganmu?”
Dia tidak menjawab dan hanya pergi berlalu melewatiku.
Esok paginya, Maria mengalami demam. Dia bilang bahwa dia merasa pusing
dan tidak mampu bangun ke sekolah. Dia ingin aku pergi sendiri dan
memberitahukan guru kami bahwa dia sedang sakit dan baru akan masuk ke
sekolah besok hari.
Aku menghabiskan sisa minggu itu di asrama
sekolah, tapi Maria tidak pernah datang. Aku terus mengirim sebuah pesan
singkat padanya – menanyakan keberadaannya, tapi dia tidak pernah
membalasnya.
Minggu berikutnya – ketika aku pulang ke rumah, aku
menemukan rumah dalam keadaan gelap. Ada bau busuk yang sangat menyengat
dari udara yang mengalir di dalamnya. Tercium seperti daging yang
membusuk.
“Maria! Maria!” Aku menyahut. “Dimana kau? Sangat busuk di sini!”
Ketika aku pergi ke lantai atas, saudariku itu tiba-tiba muncul dari kamar mandi.
“Maria, apa yang begitu busuk?” tanyaku, menutup hidung. “Baunya seperti tikus busuk.”
Dia menganggukkan kepalanya. “Bau itu dari rumah sebelah,” katanya.
“Anjing mereka mati.
Tertabrak oleh mobil. Setelah mobil itu melarikan
diri, anjing itu masih bisa berjalan masuk ke kandangnya dan mati di
sana.”
“Mengapa mereka tidak menguburnya?” tanyaku.
“Tetangga itu sedang pergi berlibur. Sudah berapa hari berlalu dan dia
belum pulang juga. Pagarnya terkunci dan tak seorang pun dapat masuk ke
dalamnya.”
“Benarkah, pagarnya terkunci? Tapi bagaimana anjing itu bisa kembali ke dalam?”
“Coba tebak.”
“Baiklah, biarkan jendela-jendela tertutup rapat jadi bau busuk itu
takkan masuk ke dalam,” kataku.
“Bau itu cukup dapat membuatmu muntah.”
Maria berjalan ke sekeliling rumah menutup seluruh jendela. Sesaat
kemudian, aku menyediakan makan malam dan memanggil saudariku itu. Dia
mengatakan bahwa dia tidak ingin makan apapun karena telah kehilangan
selera makan. Aku makan sendiri akhirnya.
Malam itu, ketika aku
tengah terbaring di ranjang, aku masih bisa mencium mayat anjing
tetangga sebelah. Bau busuk itu sangat menyengat. Aku bangkit dan
menyemprot kamar dengan pengharum ruangan.
Hari berikutnya, bau
itu masih tercium. Aku berjalan-jalan keluar, hanya untuk menghindari
bau busuk yang menjijikkan itu. Maria tinggal dalam kamarnya sepanjang
hari. Dia bilang dia harus mengejar mata pelajaran sekolah yang dia
tinggalkan.
Pada Minggu petang hari, aku mengatur pakaianku dan bersiap menuju ke asrama. Aku tidak melihat
Maria merapikan apapun.
“Apa kau ikut denganku?” tanyaku.
“Tidak. Aku masih belum sembuh benar,” jawabnya. “Seragam sekolahku masih kotor. Aku akan mencucinya sebentar.”
Aku pergi kembali ke sekolah, tapi minggu itu, Aku tidak pernah
mendengar kabar apapun dari saudariku. Aku mengirimkan pesan untuknya
hingga pulsaku habis tapi dia tidak pernah menjawabnya.
Suatu
pagi, aku terbangun dan menemukan sebuah pesan singkat di telepon
genggamku. Itu dari ibu.
Ketika aku membukanya, aku tidak percaya apa
yang kubaca.
“PULANGLAH SEGERA. KAKAKMU MENINGGAL. IBU.”
Teleponku jatuh dari tanganku yang gemetar dan aku merasa sangat pusing.
Aku harus duduk. Saat itu aku seperti sedang berada dalam mimpi buruk
yang mengerikan. Aku terus berharap untuk dapat bangun dan menemukan
bahwa dirinya masih hidup. Sayangnya, tidak seperti itu.
Aku mengepak beberapa pakaianku dan langsung pulang ke rumah.
Ketika aku tiba, aku melihat pagar kami telah terbuka dan ada beberapa
orang berkumpul di sana. Ibu berdiri di jalan, menangis dan menggenggam
secarik kertas di tangannya.
“Bu… apa yang terjadi?” tanyaku, meledak dalam tangis.
Ibu memeluk dan memegangku erat-erat.
“Maria sudah meninggal. Dia tewas tiga belas hari yang lalu. Aku
menemukan mayatnya di bawah kasur. Tubuhnya sudah membusuk… Baunya
sangat menyengat… Di mana kau? Kenapa kau tidak mencarinya?”
Tubuhku bergetar. Bulu kudukku berdiri tegang.
Siapakah yang bersamaku terakhir kali aku pulang ke rumah?
Siapa yang tidur di ranjang tepat di sampingku?
Aku melihat sekeliling dan mendapati tetangga kami sedang berdiri di
pekarangannya. Anjingnya duduk di kakinya. Anjing yang sama yang Maria
katakan telah mati dan menyebabkan bau busuk itu.
Tidak seorang
pun yang tahu apa yang terjadi pada saudariku. Itu masih sebuah misteri
besar. Aku curiga ada sesuatu dengan catatan yang dibacanya dalam bahasa
Latin itu. Aku sampai lelah mencari artinya di internet.
Menurut penemuanku, inilah arti dari kata-kata itu;
MORITVM berarti mati
SALVTMVS berarti menghormati atau memberi hormat
TREVI berarti hidup
AVE VERSVS CRISTVS berarti menyambut anti Kristus
REFLEXVM berarti bayangan
DEXTRVMI LENTENVM berarti akan ada kebangkitan setelah hari tiga belas
AVE SATANI berarti menyembut Setan
Dengan kata lain, ini adalah sebuah mantera pengikut setan… Sebuah ejaan ilmu hitam…
Menurut apa yang telah kubaca, mantera ini digunakan oleh orang yang
ingin mati. Mereka menghafal ejaan itu untuk mengadakan sebuah
perjanjian dengan Setan… menawari jiwa mereka untuk iblis. Setelah
membaca mantera itu, jiwa mereka lambat laun akan merosot dan meninggal.
Dalam waktu tiga belas hari kau akan melihat orang yang mengucapkan
kata-kata itu, tapi sesungguhnya, mereka hanyalah sebuah bayangan dari
pemiliknya yang terdahulu. Hantu. Lalu, setelah tiga belas hari, mayat
mereka akan menampakkan diri.
Ada satu hal yang masih membuatku
heran. Aku membaca catatan itu juga, kenapa hal ini tidak berpengaruh
padaku? Mengapa aku tidak mengalami hal yang sama dengan saudariku
tercinta?
Apakah karena caraku membacanya? Mungkin ketidakpedulianku terhadap bahasa Latin yang menyelamatkan hidupku.
Tapi tunggu sebentar…
Ketika kau membaca ini…
Apa kau melafalkan kata-kata Latin?
Apa kau salah membacanya seperti aku membacanya?
Aku harap begitu…
Aku harap kau tidak membacanya dengan benar…
Bukan begitu?