Aku jadi lupa apa yang tadi kuinginkan, sementara Grey sudah dari tadi pergi meninggalkanku. Secepatnya aku berlari ke asrama Jace.
"Gabe, Grey menyuruhmu menemuinya di perpustakaan." Salah seorang mahasiswa berkacamata memberitahuku saat aku hampir sampai di kamar Jace.
"Baik, terima kasih." ujarku seraya mempercepat langkahku hingga tiba di perpustakaan. Kulihat didalam sana sudah ada Grey yang tengah asyik membaca bersama Jace. Melihat kehadiranku mereka langsung menghampiriku.
"Gabe, kau baik-baik saja? Grey bilang orang asing itu menyakitimu"
"Aku baik-baik saja, orang asing itu hanya melihat kalungku. Tapi yang tidak kumengerti kenapa dia bisa tahu namaku?"
"Mungkin kau punya masa lalu dengannya yang tidak kau ketahui. Tapi ngomong-ngomong apa benar kata Grey kalau dia langsung tahu setelah melihat kalungmu?"
"Yang dia lihat hanya huruf aneh didalam liontin ini" ucapku pada Jace sambil memperlihatkan huruf sigil didalam liontinku.
"Jace, coba periksa semua buku disini dan cari info yang ada kaitannya dengan huruf ini" Grey berujar sambil mencari semua buku yang berkaitan dengan hal-hal supranatural. Mereka bertiga mencari disetiap sudut berulang kali namun tidak ada satupun dari buku-buku disana yang menjelaskan seputar sigil didalam liontin itu.
"Mungkin huruf di liontinmu merupakan huruf paling kuno yang bahkan belum ada arsipnya di perpustakaan ini" Grey merujar sambil menyeka keringatnya.
"Perpustakaan ini hanya berisi informasi seputar akademik dan hanya beberapa informasi luar kampus. Mungkin informasi seperti ini hanya bisa ditemukan di perpustakaan luar kampus" Jace ikut menimpali.
"Tapi kita hanya diizinkan keluar kampus saat liburan lebih dari dua hari. Lagipula apa yang membuatmu yakin kalau kita akan menemukan informasi itu?"
"Entahlah"
"Tidak bisakah kita googling?"
"Tidak jika koneksi disini saja dibatasi hanya untuk kegiatan kampus dan hanya boleh untuk membuka email"
"Kita suruh saja seseorang untuk mencarinya"
"Tidak mungkin, itu bisa memakan waktu lama"Jace dan Grey merasa kasihan padaku karena tidak ada satupun informasi yang kuinginkan bisa kudapatkan di perpustakaan ini.
"Ya sudah tidak apa-apa mungkin lain kali aku bisa cari sendiri"
"Maafkan kami Gabe, tidak banyak yang bisa kami lakukan"
"Sudahlah tidak apa-apa. Sebaiknya kita langsung pulang ke asrama, sebentar lagi perpustakaan ini akan ditutup."
Kami pun pergi meninggalkan perpustakaan itu dan pulang ke asrama masing-masing. Jace dan Grey semakin mengkhawatirkanku saat seluruh mahasiswa memandang sinis kearahku. Aku hanya bisa memakai topi untuk menutupi wajahku sementara Jace dan Grey mulai mendekatiku.
"Apa yang kalian lihat hah!? Kembali ke asrama masing-masing!!" Grey berteriak pada seisi kampus yang menatap tajam kearahku. Mereka mulai masuk ke asrama masing-masing karena takut pada Grey yang juga dikenal cukup 'berandalan'.
"Gabe, sebaiknya kami antar kau ke kamarmu" Jace merangkul bahuku dan mulai mengantarku yang dalam keadaan berlinang air mata. Grey juga ikut mengantarku.
"Apa yang terjadi?" Gilbert mendekati kami saat kami akan memasuki kamarku.
"Sebaiknya jangan dibicarakan. Kasihan Gabriel saat ini sedang tidak enak hati" Jace memohon pada Gilbert dan yang lainnya. Kebetulan juga ada Philip disini.
"Mau mampir sebentar? kita bicarakan didalam" Petrus mengajak kami masuk kedalam.
Didalam kamar kami berdiskusi seputar masalah tadi siang dimana beberapa 'orang luar' masuk ke wilayah kampus ini dan menakut-nakuti sebagian besar mahasiswa.
"Akhir-akhir ini Gabriel memang sering terlibat masalah lama, aku juga sangat mengkhawatirkannya" Gilbert mengusap-usap kepalaku.
"Apalagi kegiatan UAS akan segera dimulai, ini bisa mempengaruhi nilainya" Philip juga ikut menimpali.
"Adakah yang bisa kita lakukan, bukan cuma Gabriel yang kita khawatirkan tapi kita semua" Josiah dan Joshua bicara bersamaan.
"Entahlah, jadwal kuliah dan ormawa membuat kami hampir tidak ada waktu untuk belajar" Jace yang mengikuti organisasi militer juga kebingungan.
"Jangan sampai kita semua mendapat nilai jelek, terlebih lagi Gabriel" Grey yang memang satu jurusan denganku juga ikut mengkhawatirkanku. Seisi kamar mulai ribut berunding hingga seorang pengawas membuka pintu kamar kami.
"Sudah mulai malam sebaiknya kalian tidur, dan kalian bertiga kembalilah ke kamar asrama masing-masing" pengawas itu bicara pada Jace, Philip dan Grey.
"Ya sudah, kita diskusikan secara serempak besok jam sepuluh di kafe" Jace berpamitan pada seisi kamar.
"Jam sepuluh besok aku ada tugas yang harus diselesaikan" aku mencoba mengingatkan Jace.
"Kau selesaikanlah tugasmu itu, biar kami sendiri saja yang berdiskusi besok" Grey mencoba mengingatkanku. Jujur dalam hatiku aku sangat ingin ikut diskusi itu, sekalian ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Namun karena aku tidak mau mengganggu maka kuputuskan untuk diam saja dan langsung tidur.
Tugas sejarah yang harus kuselesaikan membuatku semakin pusing saja. Bukan pusing karena tugasnya yang berat tapi pusing karena aku selalu kepikiran dengan sebuah simbol sigil yang muncul di salah satu soal. Membuatku semakin stres karena mengingatkanku pada kejadian kemarin. Hingga saat aku berjalan dan tiba di kafe, kulihat semua teman-temanku berkumpul di satu meja besar. Jace, Philip, Sebastian, Steward, Deryck, Rachel, Felicia, Grey, Gilbert, Josiah dan Joshua serta Petrus, semuanya ada dimeja itu dan tengah mendiskusikan sesuatu hingga mereka melihatku. mereka menyuruhku untuk duduk sebelum akhirnya mereka menjelaskan apa yang mereka diskusikan hari ini.
"Ada apa, apa yang kalian bicarakan"
"Gabe, kami sepakat untuk mengadakan acara belajar bersama selama dua minggu liburan menjelang UAS yang artinya dua minggu lagi. Kami harap kau setuju untuk ikut, lagipula ini kami lakukan untukmu jadi sebaiknya kau bicarakan dulu dengan orang tuamu"
"Benarkah, ngomong-ngomong dimana acaranya?" mendengar pertanyaanku seisi meja menatap ke satu orang.
"Apa!? kenapa harus dirumahku??" Deryck terlihat syok melihat kami.
"Karena hanya rumahmu yang lokasinya paling dekat dengan kampus ini, jadi hari pertama UAS kita tidak akan terlambat. kau lupa ya, kita tidak diizinkan tinggal di asrama selama UAS untuk meminimalisir masalah penyontekan"
"Lagipula rumahmu berada di dekat muara sungai dan pantai. Kita bisa sambil bermain voli saat sore"
"Sebaiknya kita tunggu keputusan dari Gabe" ujar Philip dan Gilbert yang memang paling dekat denganku ketika mereka melihatku mengeluarkan handphone dan menjauh dari meja mencoba menghubungi Mama dan Papa. Sepuluh menit menungguku aku memberi mereka kabar bagus.
"Ya, Mama Papa dan Tante mengizinkanku"
"Yeah !!!" seisi meja bersorak membuat seisi kafe terkejut.
"Siaaaalll" Deryck menjadi satu-satunya yang kecewa diantara kami.
Masalah UAS sudah dipecahkan, aku sedikit merasa lebih baik sekarang walaupun aku masih tidak tahu kaitan antara aku dengan Sammael. Aku harus bersabar karena libur panjang baru akan dimulai dua hari setelah UAS selesai, setelah itu baru aku mencoba mencari kejelasan di perpustakaan luar kampus sesuai petunjuk Jace.