Pagi yang cerah kembali muncul, aku menghirup udara segar di pagi hari dengan pikiran yang tenang karena semakin banyak materi pelajaran yang berhasil kukuasai. Kulihat disana Deryck bersama yang lain sedang asik bermain voli seperti biasanya. Saat mereka melambai kearahku saat itulah aku cepat-cepat mandi dan berkumpul bersama mereka. Kali ini aku memakai celana olahraga panjang dan kaos karet berwarna merah.
"Selamat pagi Gabe, mau ikut main voli?" Rachel menawariku bermain voli karena dia ingin istirahat sebentar.
"Baiklah, khusus hari ini sepertinya aku akan ikut bermain"
"Yeee ...." seisi pantai kecil ini bersorak. Kami bermain bersama selama beberapa jam, dan harus kuakui bermain voli ternyata tida seburuk itu. Sangat menyenangkan apalagi ditengah suasana pantai yang indah ini.
"Gabe, boleh minta bantuan sebentar?" Deryck menghampiriku saat kami sudah selesai bermain voli.
"Boleh, bantuan yang seperti apa memang?"
"Ini, aku ingin kau ke pasar dan membeli ini semua. Ini uangnya dan ini kunci motorku terparkir di garasi" Deryck memberik secarik kertas berisi daftar belanjaan plus rute perjalanan ke pasar dan sebuah kunci.
"Tapi kenapa harus aku?"
"Karena kau cocok jadi pesuruh, hahahaha" lagi-lagi si kembar korea ini mentertawakanku. Aku langsung berjalan menuju garasi tanpa memperdulikan yang lainnya. Berdasarkan arah yang tergambar di kertas ini aku mengemudikan sepeda motor menuju pasar. Setibanya disana aku malah disuruh oleh petugas keamanan untuk parkir di lapangan parkir diluar pasar. Setengah jam telah berlalu dan sekarang aku tinggal membeli satu item lagi yaitu empat kilo kentang.
"Gabe, haaai ... !!" Kulihat dari kejauhan, Jasmine melambai kearahku dan berusaha mendekatiku diantara sesaknya suasana di pasar ini.
"Jasmine, lho kukira kau ada di rumah"
"Tidak, pulang dari melaut aku langsung ke pasar bersama kakek untuk menyerahkan hasil tangkapan. Kau sedang apa disini?"
"Kakakmu menyuruhku untuk membeli semua daftar ini, dan aku tinggal mencari kios sayuran untuk membeli kentang"
"Aku tahu satu tempat yang bagus, hayo" Jasmine menggenggam tanganku dan membawaku berjalan menuju sebuah kios sayur yang cukup lengkap. Akhirnya semua item telah lengkap dan sekarang tinggal pulang.
"Terima kasih ya, aku senang kau ada disini dan membantuku belanja"
"Sama-sama, ngomong-ngomong kau kesini sendirian kan?"
"Tentu, aku sendirian kesini dengan meminjam motor Deryck"
"Boleh aku ikut pulang bersamamu?"
"Tentu boleh" aku menjawabnya dengan senyum membuat Jasmine memperlihatkan senyum polosnya yang lucu kearahku. Setelah pamit dengan kakek, Jasmine dan aku berjalan jauh menuju parkiran motor.
"Gabe, kemarin aku sudah cerita seputar hidupku. Sekarang giliranmu"
"Baiklah kau mau aku memulainya dari mana?"
"Ceritakan tentang kisah masa kecilmu sampai pernikahanmu sebelum kau berkuliah"
"Oke, ada seorang dosen di Kelas Archangel kampusku namanya Madam Veronica. Dia dan suaminya adalah sahabat baik orang tuaku sejak aku kecil, mereka punya seorang putri bernama Sevilla Johansson. Aku tidak pernah dipertemukan dengan Sevilla sampai aku lulus SMA, sekalinya bertemu kami langsung dinikahkan setelah aku diterima kerja disebuah perusahaan. Perjodohan ini memang sudah direncanakan sejak kami belum lahir oleh orang tua kami dan kami tidak protes sama sekali. Kami sendiri saling mencintai dan hidup harmonis sejak kami menikah, masalahnya setahun setelah kami menikah mobil yang kukendarai menabrak sebuah truk. Sevilla tewas disana bersama bayi pertama kami sementara si pengemudi truk kabur entah kemana"
"Aku turut menyesal mendengarnya" Jasmine merasa tidak enak padaku tapi aku bisa berlapang dada.
"Tidak apa apa, padahal saat itu jika seandainya bisa mungkin sebaiknya aku bertukar tempat saja dengan Sevilla dan biar aku saja yang mati waktu itu" wajahku mulai tertunduk.
"Kau tidak boleh bicara begitu, menurutku Tuhan punya maksud untuk kalian"
"Ya, mama dan Tante Ve juga bilang begitu padaku"
"Nah lihat, keluargamu sendiri bahkan mendukungmu"
"Ya aku tahu, bahkan teman-temanku termasuk kakakmu juga mendukungku"
"Dan secara pribadi aku juga mendukungmu. Masih ada banyak orang didunia ini yang bahkan jauh lebih sial dibandingkan kau dan kalau boleh jujur aku suka saat melihatmu tersenyum"
"Terima kasih, kau benar-benar mengingatkanku pada Sevilla"
"Benarkah, apa karena wajahku mirip dengannya"
"Ya, ditambah lagi kau memakai kalung yang mirip seperti yang dipakai Tante Ve" aku menatap kalung itu. Kalung yang melingkar di leher jenjang putih itu berupa permata dengan simbol yang mirip seperti simbol suci di alkitab atau semacamnya.
"Paman Herbie bilang kalung ini sudah ada didalam kotak bayi tempat dia menemukanku"
Ternyata benar, kukira hanya di kampus aku bisa menemukan makhluk-makhluk aneh berwujud meniru manusia ini.
Kami pun tiba di parkiran kendaraan. Setelah menyerahkan tiket penitipan, aku dan Jasmine pulang untuk mulai masak. Selama perjalanan kami masih melanjutkan pembicaraan kami.
"Oh iya Gabe, kakak bilang di kampusmu pernah kedatangan makhluk dari dunia kegelapan. Apa benar?"
"Iya benar, namanya Sammael. Dia datang bersama makhluk-makhluk berkulit merah dan kelihatannya semua dosen membencinya"
"Kau tahu sebabnya?"
"Entahlah, Jace bilang aku harus cari tahu sendiri nanti saat liburan dengan mengunjungi sebuah perpustakaan besar"
"Apa lagi yang kau ketahui seputar si Sammael ini?"
"Dua hal, yang pertama dia selalu muncul sebagai mimpi burukku tiap kali aku tidur bahkan saat pertama kali aku menginap disini, dan yang kedua dia tahu siapa aku saat kami pertama kali bertemu di kampus waktu itu"
"Sepertinya kau sering terlibat masalah di kampus walaupun menurutku kau orang yang baik"
"Ya, orang baik yang sering tertimpa sial" ujarku datar tanpa ekspresi. Sesaat terdiam Jasmine melanjutkan pertanyaannya yang terakhir.
"Kau punya harapan seputar apa yang akan terjadi kedepannya, Gabe"
"Ada satu, aku hanya berharap semua mimpi burukku hanya sekedar bunga tidur. Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada orang-orang yang kucintai termasuk teman-temanku"
Motor yang kukendarai melaju dengan lancar hingga tiba di rumah. Aku dan Jasmine pun kembali melakukan kegiatan masak seperti biasa sebelum aku kembali belajar bersama Gilbert, Petrus dan yang lainnya.
Hari-hari telah berlalu dan tak terasa semua mata pelajaran telah kukuasai. Lusa adalah hari pertama ujian semester dan aku rasa kami sudah siap untuk menjawab semua soal nanti. Aku agak kecewa saat sadar bahwa aku akan berpisah dengan Sevilla eh' maksudku Jasmine. Setelah kami semakin akrab dan sekarang kami harus berpisah. Adakah yang bisa kulakukan agar aku bisa selalu terhubung dengannya? si gadis kecil pelipur lara setelah istriku tercinta pergi ke alam baka untuk waktu yang lama.