Masa-masa ujian telah berlalu. Tugas-tugas tambahan dan perbaikan nilai juga sudah kulalui. Minggu pagi besok aku akan berangkat bersama Tante Ve untuk pulang ke rumah orang tuaku untuk merayakan liburan musim dingin disana. Barang-barangku disini sudah dibereskan dan sisanya yang kutinggalkan kutitipkan pada Gilbert dan Petrus. Teman-temanku disini akan merayakan liburan musim dingin dengan tetap menginap dirumah Deryck dan hanya aku satu-satunya yang akan berangkat ke kampung halaman. Jasmine mendekatiku yang tengah duduk sendirian dikamar.
"Jadi kau benar-benar akan pulang ke rumah orang tuamu?"
"Ya, lagipula ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada orang tuaku. Beberapa hal yang tidak bisa kudapatkan titik terangnya di kampus" mendengar ucapanku Jasmine terlihat cemberut.
"Hei, kenapa?" aku berbisik padanya dan dia mulai menatapku dalam-dalam.
"Entahlah, kurasa aku akan merindukanmu saat kau pulang. Kau tahu, sejauh ini aku sudah merasa nyaman saat berada didekatmu. Dan sekarang tiba-tiba kau akan pergi begitu saja?" Jasmine menundukkan kepalanya sementara aku menyerahkan handphone-ku padanya.
"Catatlah nomor teleponku dan aku jamin kau tidak akan kesepian." Senyum imut kembali merekah dari bibir Jasmine saat dia menggenggam handphoneku dan mencatat nomorku. Jasmine pun mengembalikan handphone milikku setelah dia menyimpan nomor miliknya di handphoneku. malam harinya kami mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan selesainya ujian akhir ini. Kami mengadakan acara barbeque dan memainkan dansa limbo. hal-hal yang kutahu hanya bisa kutemui di hawaii. Tak lupa kami berfoto bersama sebelum aku berangkat besok pagi.
Pagi hari telah tiba. Deryck bersama yang lainnya termasuk Jasmine ikut mengantarku ke pelabuhan dimana Tante Ve dan suaminya Om Arthur sudah menungguku. Pelabuhan disini cukup ramai karena memang semua orang akan berangkat ke kampung halamannya masing-masing untuk merayakan liburan musim dingin disana. Di kejauhan sana om dan tante melambaikan tangannya kearahku dan kami semua mendekatinya.
"Semua barang-barang yang sudah kau bawa akan diangkut ke bagian kargo, kita akan langsung naik keatas kapal karena mobil om sudah om parkirkan didalam sana" Om Arthur membantuku membawakan koperku.
"Ya sudah, kita berangkat sekarang karena kapal akan berlayar lima belas menit lagi" Tante Ve mengingatkanku sekali lagi. Mereka sekarang sudah lebih dulu naik keatas dek penumpang dengan membawa barang-barangku.
"Jadi Gabriel, jaga agar tubuhmu tetap hangat saat dirumahmu ya" Gilbert memelukku dengan erat. Bisa kurasakan tubuhnya yang sehangat mantel musim dingin.
"Jangan lupa telepon kami jika kau merasa bosan, termasuk ke Jasmine hahahaha" Rachel, Steward, Sebastian dan Philip bergelak tawa sementara wajah Jasmine terlihat memerah.
"Jangan khawatir teman-teman. Aku pasti akan menghubungi kalian"
"Dan jangan lupa untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari semua jawaban atas pertanyaanmu selama kau masih disana" Jace memberiku sebuah foto bergambar sebuah katedral besar.
"Tunggu, gereja?"
"Ini adalah Gereja Saint Nathaniela. Orang-orang disana tahu lokasi dari perpustakaan besar yang kubicarakan waktu itu. Para dosen dan dekan termasuk direktur juga tahu lokasi perpustakaan itu"
"Kalau om dan tante juga tahu tempatnya lalu kenapa kau berikan ini" aku memperlihatkan Jace sebuah alamat yang tertulis dibelakang foto itu.
"Tanyakan dulu semuanya pada orang tuamu. Jika mereka menolak bicara barulah kunjungi gereja itu. Ini cuma untuk jaga-jaga"
"Terima kasih banyak teman-teman. Entah sudah jadi sekacau apa aku sekarang kalau bukan berkat kalian" Kami semua saling berpelukan dan berbagi kehangatan ditengah ramainya aktifitas dermaga dan dinginnya cuaca pagi yang mendung. Setelah puas berpelukan, aku berjalan naik keatas dek dimana om dan tante sudah menungguku. Lima belas menit kemudian kapal mulai mengangkat jangkarnya dan berlayar ke laut lepas. Semua penumpang kapal saling berpamitan dengan melambaikan tangan kearah orang-orang yang dicintainya. Termasuk pula aku yang melambaikan tangan pada semua teman-temanku yang juga dibalas lambaian dan senyuman oleh mereka. Kulihat pula disana Jasmine memberikan isyarat bahwa aku harus menghubunginya setelah tiba dirumah.
***
Kapal yang kutumpangi ini berlayar selama delapan belas jam kedepan menyusuri laut lepas yang cuacanya menusuk tulang karena banyak salju yang turun. Sepanjang perjalanan om dan tante hanya bermesraan bersama pasutri-pasutri lainnya didalam ruangan kelas bisnis ini menikmati lantunan musik tembang kenangan yang dilantunkan oleh para musisi yang sengaja disewakan oleh kru kapal untuk menghibur para penumpang, sementara aku disini hanya duduk terpaku menatap foto yang diberikan Jace padaku. Mie ramen seduh yang kusantap sudah setengah habis didalam cangkir besar ini padahal baru setengah jam perjalanan. Delapan belas jam telah berlalu. Setelah asik membiarkan diriku larut dalam kebosanan didalam kapal karena hanya bisa menyantap tujuh gelas mie ramen seduh, kini kapal yang kutumpangi telah tiba di dermaga tujuan. Berikutnya adalah perjalanan menyusuri tanah bersalju selama lima jam menuju rumah mama dan papa. Walaupun sudah dipasangi gerigi anti slip pada ban mobil kami, tetap saja lima jam perjalanan rasanya seperti berhari-hari saja. Tak terasa setelah tertidur entah berapa lama akhirnya aku sampai di rumah dimana mama dan papa sudah menunggu kehadiran kami di teras depan rumah.
"Selamat datang nak, gimana kuliah kamu disana?" mama yang sudah rindu padaku berlari menerobos salju dan mendekap erat tubuhku.
"Biasa lah ma, belajar lima jam, kegiatan luar kampus, anak-anak jagoan, sama persis kayak waktu SMA"
"Ayo masuk kedalam, papa udah siapin cokelat panas dan sup kentang pedas yang panas. Perapiannya juga sudah siap"
Sepanjang hari mama papa dan om tante asik mengobrol di ruang keluarga sementara aku hanya asik menyantap sup dan cokelat panas ini sambil bermain-main dengan Pipper, kucing peliharaanku yang sudah kutinggalkan selama aku berkuliah. Mama memang mengizinkanku untuk memiliki hewan peliharaan sendiri karena aku tidak punya teman dirumah, ya aku adalah anak tunggal.
Malam harinya kami mengadakan acara makan malam diatas atap lantai atas rumah kami. Cuaca malam hari disini sangat cerah dan bintang-bintang dilangit terlihat sangat berkilauan. Menikmati makan malam dibawah gemerlapnya bintang-bintang dilangit terasa sangat berkesan untukku walaupun mama papa dan om tante masih sibuk berkutat pada obrolan mereka berempat. Toh aku sendiri juga lebih sibuk memainkan handphoneku sambil melakukan panggilan video dan asik mengobrol dengan teman-temanku disana yang sedang asik mengadakan acara berbeque. Aku masih sempat mendengar obrolan mama papa dan om tante yang mengatakan kalau mereka akan menginap di rumahku sepanjang liburan musim dingin ini.
Tiga hari telah berlalu dan sepanjang tiga hari ini hampir tidak ada aktifitas yang kulakukan selain makan, membaca buku, bermain ke rumah tetangga, berbagi cemilan dengan Pipper, dan aktifitas-aktifitas membosankan lainnya. Sekalipun menyalakan TV, acaranya sendiri masih itu itu saja. Karena bosan dan perutku kekenyangan setelah menyantap sambal kentang pedas tadi siang, ditambah lagi salju yang turun semakin banyak, kuputuskan sore ini aku tidur saja.
Malam hari tepat pukul dua belas tengah malam aku terbangun dari tidur bermaksud untuk makan lagi. Hanya makan, makan dan makan yang bisa kulakukan selama musim dingin ini. Aku tidak tahu adakah kegiatan menarik yang bisa kulakukan diluar rumah nantinya. Saat aku berjalan menuju dapur, aku mendengar suara gaduh yang samar-samar terdengar sangat kecil. Suara itu datang dari arah kamar orang tuaku. Karena penasaran aku coba mengintip dari celah-celah lubang kunci karena memang kamar orang tuaku termasuk seluruh pintu di rumah ini biasanya sudah dikunci saat tengah malam. Kulihat didalam sana kedua orang tuaku sedang asik melakukan hubungan badan. Ya ampun, tadinya kukira ada pencuri didalam rumah ini atau semacamnya, ternyata hanya mereka. Sebaiknya aku kembali ke dapur da menyelesaikan masalah laparku ini. Tunggu sebentar, sepertinya aku melihat sesuatu yang ganjil. Kuintip sekali lagi kedua orang tuaku didalam kamar. Ternyata benar, bola mata kedua orang tuaku berubah warna menjadi biru menyala, dan kulihat samar samar dibelakang punggung mama, seperti ada sesuatu yang menggantung dibelakangnya. Sesuatu yang terlihat seperti sepasang benda menonjol dibelakang punggung mama. Tapi bagaimana mungkin orang tuaku terlihat seperti teman-temanku yang bermata biru padahal setahuku selama ini bola mata kedua orang tuaku berwarna hitam sepertiku.
"Dan jangan lupa untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari semua jawaban atas pertanyaanmu selama kau masih disana"
Aku teringat pada pesan Jace waktu itu, dan kurasa inilah kesempatanku. Waktunya aku naik ke ruangan kerja papa dan mencari sesuatu yang mungkin ada kaitannya dengan misteri yang kualami selama dikampus sepanjang semester satu ini.