Tidak ada lagi pilihan lain, aku mengangkat tanganku karena terlalu banyak polisi yang mengepungku jika aku harus lari lagi. Lagipula sejak pagi tadi memang ini yang kuinginkan. Masuk ke penjara dan membebaskan satu orang target didalamnya, ini semua harus selesai dengan cepat karena aku tidak bisa meninggalkan Bayu dan Nindy terlalu lama. Kulihat disana-sini ada banyak orang yang melihat termasuk beberapa wartawan yang meliput kejadian ini. Aku tidak terkejut jika nanti mungkin mama dan papa akan datang ke kantor polisi untuk menemuiku. Aku hanya berharap aku tidak perlu pulang bersama mereka. Bayu sedang sakit sementara Nindy sendirian dirumah, terlalu lama meninggalkan mereka maka aku akan terlibat masalah yang jauh lebih buruk. Sepanjang perjalanan ke kantor polisi hingga saat aku selesai diinterogasi, aku hanya memasang tampang datar dan tidak banyak berujar. Sekalipun banyak polisi disini yang memaki-makiku karena tidak banyak bicara, aku tetap tidak peduli karena aku berusaha menjaga jangan sampai mereka tahu tujuan utama aku melakukan semua ini. Karena bosan denganku mereka kini mengurungku kedalam sel dan mengatakan padaku bahwa sidang akan dimulai tiga hari lagi. Ini pertama kalinya aku mendekam dibalik jeruji besi sehingga aku sendiri tidak tahu kalau menunggu di sel selama tiga hari itu tergolong lama atau singkat.
Hari yang dimaksud telah tiba. Orang tuaku, para guru di SMP, anak-anak KC keparat itu, lengkap dengan Orang Tua Dimas datang ke pengadilan untuk menyaksikan vonis yang akan aku terima. Aku sendiri datang dengan mengenakan pakaian tahanan dan dalam keadaan diborgol. Semua agenda persidangan telah kulalui dan membuatku sedikit terkejut adalah dugaanku yang ternyata benar. Ya, Dimas benar-benar mati ditanganku waktu itu saat dia menghajarku. Selain itu satpam yang sebelumnya pernah kuhantam waktu itu juga dimasukkan kedalam daftar korbanku walaupun si satpam masih hidup dan sudah sembuh. Lalu polisi juga menyebutkan tuduhan kejahatan lain berupa pengedaran narkoba bersama Imam yang sampai saat ini masih buron serta penganiayaan terhadap sejumlah orang yang semuanya adalah preman. Atas semua yang telah kulakukan akhirnya aku dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara dan tidak akan dikirim ke penjara bawah umur mengingat jumlah kejahatan yang kulakukan. Pengadilan telah selesai dan aku sudah siap dibawa ke mobil pengangkut tahanan ketika beberapa bajingan KC itu melempariku dengan botol minuman.
"Jangan lu kira ini semua udah selesai, cong!!!"
"KC nggak akan tinggal diem, inget itu!"
"Lu nggak bakal tenang sampe leher lu dipenggal didepan makam Dimas!"
Dan masih banyak umpatan caci maki yang keluar dari mulut mereka yang masih bau kencur tapi sudah sok hebat itu. Aku tidak menunjukkan reaksi apa-apa dan hanya berjalan dengan tenang berharap agar aku tidak dikirim ke penjara selain Nusakambangan. Benar saja, aku sempat melirik sebuah arsip bertuliskan namaku ketika aku sudah masuk mobil tahanan, dan ada tulisan 'Nusakambangan' disana. Baiklan, setelah tiba disana aku harus pikirkan rencana lainnya.
Perjalanan telah berlalu selama ... entahlah mungkin sudah lebih dari puluhan jam, aku tidak ingat. Aku juga bahkan lupa saat kami tiba di Dermaga Wijaya Pura, yang jelas satu-satunya yang kusadari saat ini adalah aku bersama tahanan lainnya sedang berbaris untuk didata sebelum kami dimasukkan ke sel masing-masing. Bau amis dimana-mana, beberapa tahanan dihajar dan disiksa, disuruh telanjang dan dipotong tindikannya, huh ternyata bantaran Kali Ciliwing bahkan suasananya masih lebih baik ketimbang disini. Giliranku telah tiba, setelah ditelanjangi aku dikelilingi beberapa sipir dan salah satu sipir itu membacakan data-data tentang kasusku.
"Indra Alamsyah, kabur dari rumah setelah membunuh teman SMP-nya dan menganiaya satpam-nya sendiri. Begitu tiba di Jakarta malah jadi pengedar narkoba dan biang rusuh" sipir itu mendekat kearahku.
"Lu dendam sama keluarga lu atau lu udah bosen jadi anak baik-baik? lu sekarang punya masalah sama Jakarta, tau!?" aku hanya melirik kearah lain berusaha berpaling sementara sipir lainnya mulai menekan pentungan mereka ke setiap bagian tubuhku.
"Lu liat mata dia saat dia lagi ngomong ama lu!!!" sipir lainnya ikut memaki lalu si sipir yang bicara denganku tadi kembali mengancamku.
"Diluar sana mungkin lu adalah jagoan, tapi disini bukan Jakarta. Ini neraka dan gua iblisnya. Lu cuma penghuni tetap jadi jangan coba-coba jadi jagoan disini" muak mendengar ucapannya aku menghantam keningku ke hidungnya. Darah segar bercururan sementara sipir lainnya mengeroyokku habis-habisan. Aku bisa mendengar kalimat terakhir dari si sipir yang tadi kuhajar.
"Bawa anjing ini ke sangkarnya sebelum dia menggigit lebih banyak orang"
Salah satu sipir memakaikanku pakaian napi dan membawaku ke sebuah sel, sesaat aku terdiam saat si sipir mulai bicara padaku dengan berbisik.
"Kamu kerja untuk Pak Torro ya?"
"Kamu ngomong apa?"
"Jangan persulit diri kamu sendiri, jawab aja apa benar kamu kerja untuk Pak Torro?"
"Apa hubungannya sama kamu?"
"Kamu nggak ngerti, aku juga kerja untuk Pak Torro sebagai orang dalam disini. Untuk saat ini kita akan jadi mitra jadi turutin aja apa kata aku kalau kamu nggak mau kutembak"
"Kenapa kamu nggak bebasin aja sendiri si Aldo, kenapa harus ngelibatin aku?"
"Bukan cuma keselamatan Aldo dan Pak Torro yang dipertaruhkan disini, tapi juga nyawa aku sendiri dan keselamatan kelompok Gagak Hitam apalagi ada banyak napi disini yang termasuk kedalam daftar musuh besar Pak Torro. Kalo mereka tau siapa aku, aku bisa dibunuh"
"Nama kamu siapa?"
"Aku Ama, dan aku udah tau siapa kamu Ndra"
"Oke apa aja yang perlu aku tau soal penjara ini"
"Besok sore aku jelasin semuanya, untuk hari ini kamu cuma perlu bertahan sampai kita bertemu nanti. Dan aku nggak perlu lagi jelasin ke kamu kalau kamu cuma punya waktu tiga puluh hari untuk nyelametin Aldo atau kamu akan dikurung disini selamanya"
Ama sekarang membawaku ke sebuah sel ukuran enam kali empat yang diisi oleh enam orang napi.
"Semoga berhasil" hanya itu dua kata yang diucapkan Ama sebelum dia meninggalkanku. Kini aku dikelilingi oleh enam orang yang ternyata adalah anggota kelompok KC yang sudah tidak sabar ingin menghajarku beramai-ramai disini.