"Hei, bisa kau ceritakan kisahmu sampai ketika kau bersembunyi di rumah sakit yang semalam itu?"
Aku tidak tahu harus bicara apa pada Arini. Ingin sekali kukatakan padanya kalau sebenarnya aku sudah dihukum mati lima tahun lalu karena telah membantai delapan orang bocah SMA yang telah memperkosa adik perempuanku hingga tewas. Tidak, aku tidak akan mengatakan hal itu, aku terpaksa harus berbohong untuk saat ini sampai aku merasa semua yang kualami ini sudah jelas. Aku tidak mau Arini merasa curiga denganku padahal aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa aku hidup lagi setelah sebelumnya aku dihukum mati.
"Aku dirawat di RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, hal terakhir yang kuingat adalah salah satu dokter mengatakan kalau aku mengalami gegar otak pasca kecelakaan. Setelah dioperasi pun aku masih mengalami koma dan saat aku sudah merasa membaik dan mulai terjaga, aku berusaha minta bantuan suster untuk membersihkan diri. Namun tidak ada satupun dari mereka yang datang, jadi aku berkeliling koridor demi koridor lalu kemudian keluar dari gedung rumah sakit. Ternyata keadaan diluar sudah jadi seperti ini."
"Kau beruntung bisa selamat dan berhasil melewati 12 April dengan aman" Arini sedikit tersenyum padaku.
"Mungkin 12 April itu sudah berlalu, tapi kita tetap masih belum aman kan" aku mencoba mengingatkannya lagi soal yacd itu.
"Ya memang belum, itu sebabnya kita harus mengungsi ke Aceh secepatnya"
"Kenapa harus Aceh?"
"Ada tujuh provinsi besar yang saat ini digunakan sebagai wilayah tempat tinggal sementara untuk para koloni pengungsi. Aceh adalah salah satunya yang terdekat dari sini."
"Tidak bisakah kita tetap di Pulau Jawa"
"Tidak jika kau masih mau hidup, Pulau Jawa adalah sarangnya para yacd. dan Jakarta adalah wilayah dengan populasi yacd terbanyak. Aku tidak tahu denganmu tapi yang jelas aku dan para anggota keluarga lainnya tidak bisa berlama-lama tinggal di provinsi besar yang sekarang sudah terlalu berbahaya untuk dihuni ini."
Aku menghela nafas. Ternyata banyak yang sudah kulewatkan sejak aku masih di rumah sakit itu. Aku mulai putus asa untuk mencari dua saudaraku. Apalagi Arini bilang kalau Jakarta adalah area yang paling banyak yacd-nya. Di satu sisi aku masih mau berada disini untuk mencari Asyam dan Fajrin, tapi disisi lain aku juga ingin bisa pergi ke Aceh sekalian untuk mencari tahu apa yang salah dengan tubuhku ini.
"Sudah jam setengah sembilan malam, sebaiknya kau tidur sekarang. Kalau mau sholat tahajud tengah malam nanti, jangan lupa minta bantuan siapa saja untuk mengawasimu didalam masjid" Arini meninggalkanku kembali ke truknya. Salah-satu rekannya yang masih memegang senjata mulai mendekatiku.
"Tunggu, tahajud?" aku sedikit mengerutkan dahiku.
"Iya tahajud kau tau, sholat malam yang biasa dilakukan ketika kau terjaga dimalam hari?"
Agak malu rasanya saat aku mengatakan kalimat ini "entahlah, aku belum pernah sholat tahajud sebelumnya"
"Jangan khawatir, Ilham akan membantumu" ujarnya sambil berlalu meninggalkanku. Aku hanya melongo menatap pria muda bernama Ilham disampingku ini.
"Kau boleh tidur sekarang kalau kau mau, nanti aku akan membangunkanmu saat tengah malam" ujarnya dengan senyuman ramah.
"Ehh sebenarnya aku belum begitu mengantuk. Tapi aku ingin sekali membaca isi buku ini" ujarku sambil memperlihatkan kotak yang kutemukan.
"Baiklah silahkan" ujarnya sambil memanaskan isi kalengnya kedekat api unggun sementara aku menjauh dan naik ke atas atap salah satu truk.
Perlahan tetapi pasti, keadaan disekitar api unggun mulai sepi. Seluruh anggota keluarga dari orang-orang Bandung ini satu per satu masuk kedalam truk mereka masing-masing. Aku langsung naik ke bagian atap truk milik Arini karena memang semua truk sudah penuh dan tidak ada tempat sepi yang cocok untuk kupakai sendiri selain atapi truk ini. Akhirnya, sekarang aku tinggal memeriksa isi dari buku didalam kotak ini. Aku membacanya lembar demi lembar, kurasa ini cuma buku diary biasa. Isinya hanya aktifitas harian yang dilakukan Asyam tiap harinya. Salah satu dari lembaran ini menceritakan tentang saat-saat ketika aku dieksekusi mati hingga ketika mereka selesai memakamkanku. Selebihnya hanya aktifitas biasa. Saat aku mulai bosan membaca buku ini, aku melihat beberapa lembaran yang menarik perhatianku karena dilihat dari tanggal penulisannya, lembaran ini ditulis beberapa minggu setelah kejadian 12 April.
2 Mei 2027
Aku bersama Fajrin berhasil menyelamatkan diri disebuah bunker yang ternyata lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal kami bersama teman-temanku yang mana orang tua mereka bekerja sebagai tentara dan mereka tahu lokasi dari bunker itu dan berhasil menemukan cara untuk berlindung didalamnya. Awalnya mereka sempat menolak untuk mengajak kami berdua namun pada akhirnya mereka mengizinkan kami untuk ikut berlindung bersama mereka. Walaupun sebenarnya nasib orang tua kami tidak seberuntung nasib kami. Setelah bertanya pada salah satu dari tentara disini, mereka memberikan informasi yang membuatku terperanjat. Ternyata ada tujuh negara didunia yang sudah memprediksi kapan terjadinya hari paling mengerikan itu. Sayangnya Indonesia bukan salah satunya. Itupun tentara disini mengetahuinya setelah mendapat bocoran dari rekan-rekan mereka yang bertugas di San Marino. Salah satu dari tujuh negara yang dimaksud. Mereka sengaja menyembunyikan informasi ini dari publik untuk maksud tertentu dan mereka berdalih hanya untuk menghindari kepanikan masal. Kulihat saat ini Fajrin mencoba mencari tahu soal hal ini, tidak banyak yang kuketahui sehingga aku tidak bisa berbuat banyak untuk menolongnya. Dan entah kenapa, disaat seperti ini aku malah merindukan Isa yang saat ini sudah tenang di alam sana. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami berikutnya, karena yang pasti saat ini aku, Fajrin dan yang lainnya akan mengadakan perjalanan ke Aceh. Entahlah aku bahkan tidak tahu kenapa kami kesana. Yang pasti sebelum kami pergi, aku putuskan untuk meninggalkan buku ini didalam kotak. Mungkin suatu hari nanti akan ada orang yang akan menemukannya dan membacanya. Ini adalah catatan terakhirku karena beberapa hari kedepan aku akan menulis catatan baru, termasuk membeberkan sebuah file 'top secret' bernama LOTS PROJECT.
Lost Project, apa lagi itu? aku mencoba mencari berkas lainnya yang ada kaitannya dengan lost project ini namun hal terakhir yang kutemukan hanyalah beberapa kertas yang masih kosong tanpa tulisan sedikitpun.
Setelah puas tertidur beberapa saat, kuputuskan untuk melaksanakan ibadah sholat tahajud. Dengan bantuan dari Ilham aku mulai mempelajari ibadah sunah yang satu ini. Kini kuketahui bahwa ibadah ini adalah jenis sholat yang bisa dilakukan sebanyak maksimal delapan rakaat dan sekali salam tiap dua rakaatnya. Setelah selesai aku tinggal menunggu saat menjelang subuh untuk melaksanakan ibadah wajib yaitu sholat subuh. Aku merasa terkesan dengan orang-orang ini yang masih sempat untuk mendekatkan diri pada Tuhan ditengah keadaan yang serba tidak pasti dan tentunya dekat dengan maut.
***
"Incomiiinnggg !!!!!!"
Aku agak tersentak mendengat teriakan dari arah luar masjid ketika kami masih ada didalam untuk membaca Dzikir Almatsurat di pagi hari. Hingga diluar sana mulai terdengar suara letusan senjata. Kami mulai berhamburan mendekati sumber suara teriakan itu sambil membawa senjata masing masing.
"Hey ada apa?" ujarku pada salah satu anggota yang tengah berjaga diluar masjid.
"50 yacd yang datang dari arah selatan !!!" mendengar kalimat itu, regu lainnya mulai menyambar senjata masing-masing. Kulihat disana Arini mulai mendekatiku.
"Kau bisa pakai ini?" tanyanya sambil melempari sebuah M4 Carbine kearahku.
"Akan kucoba"
"Shotgun ada didalam truk senjata jika kau mau ganti senjata" ujarnya sambil mulai menembak.
Suara rentetan senjata dan desingan peluru mulai membahana menghiasi suasana pagi yang dingin dan kelam ini. Baru pukul setengah enam pagi sudah seperti ini saja, untungnya semua anggota keluarga sudah bangun sejak beberapa jam lalu. Kami masih sibuk menembaki monster-monster ini ketika kulihat dikejauhan sana puluhan yacd lainnya mulai mendekat.
"Gunakan senjata berat jika memungkinkan!!!" teriak Kevin pada yang lainnya.
Beberapa saat kami kewalahan hingga terjadi sesuatu yang cukup mengejutkan. Salah satu dari yacd itu menyeret Balqis menjauh dari kami semua.